Teknisi Pesawat Terbang.
Tujuh penerbang Wara, rata-rata sudah 18 tahun menggeluti penerbangan. Dari dua kali pendidikan penerbang militer wanita, dua orang yang senior, Sulastri Baso dan Hermuntarsih, sudah mencapai pangkat Letnan Kolonel Panerbang. Lima yang lain, umumnya berpangkat Kapten Penerbang kecuali yang mengundurkan diri lebih awal dari Wara, Sumartini dan Hendrika Aries. Namun demikian, kedua wanita itu pun masih menggeluti penerbangan di luar TNI AU sebagai pilot sipil, seperti halnya Sumartini yang menerbangkan Pesawat Angkut Transall, buatan Perancis, milik PT. Manunggal Air.
Tujuh penerbang Wara, rata-rata sudah 18 tahun menggeluti penerbangan. Dari dua kali pendidikan penerbang militer wanita, dua orang yang senior, Sulastri Baso dan Hermuntarsih, sudah mencapai pangkat Letnan Kolonel Panerbang. Lima yang lain, umumnya berpangkat Kapten Penerbang kecuali yang mengundurkan diri lebih awal dari Wara, Sumartini dan Hendrika Aries. Namun demikian, kedua wanita itu pun masih menggeluti penerbangan di luar TNI AU sebagai pilot sipil, seperti halnya Sumartini yang menerbangkan Pesawat Angkut Transall, buatan Perancis, milik PT. Manunggal Air.
Sementara yang tetap di TNI AU, semua sudah memasuki staf baik di Markas Besar maupun di markas-markas satuan daerah. Kapten Penerbang Inana Musailimah misalnya, orang yang berhasil menyandang captain pilot pada Pesawat Casa 212, kini ditugaskan di staf pengasuh pada Akademi TNI Angkatan Udara (AAU), Yogyakarta, yang menurut rencana tahun depan akan menerima taruna wanita.
Berbeda dengan para penerbang yang sudah pindah tugas ke dalam gedung, maka untuk polisi militer (provost) yang jumlahnya 20 orang, sepenuhnya di lapangan. Wanita umumnya takut panas, namun tidak demikian bagi provost-provost wanita itu. Dengan tutup kepala baret biru, mengenakan sabuk kopelriem putih, pistol dan terkadang memakai sepatu lars, mereka mengatur dan menjaga keamanan di pangkalan-pangkalan udara. Tidak canggung lagi, karena mereka menyadari benar akan tugasnya. Tugas bidang kepolisian seperti yang dilakukan Sersan Adveni dan Sersan Rina Dwi Rejeki itu sudah menjadi pilihannya dan mereka bangga melakukannya.
Juga para tehnisi wanita, mereka pun sudah terbiasa harus bertangan hitam dan berbaju kotor. Tidak mengeluh mereka melakukan tugas perbaikan pesawat tempur, angkut maupun helikopter, karena pekerjaan itu mereka senangi. Sersan Avridayanti, Sersan Dian Melani atau Sersan Iin Herawati, tiga dari 11 wanita-wanita tehnisi itu, hampir setiap hari berada di ``kolong`` Pesawat Fokker F-27 Troopship atau Helikopter S-58T Sikorsky Twinpac. Mereka menyatakan bangga, karena hanya merekalah wanita-wanita yang bisa melakukan tugas memperbaiki pesawat terbang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar